MATERI HIKING ISPERTALA

Foto Saya
Nama:
Lokasi: sumedang, jabar, Indonesia

ISPERTALA didirikan pada hari sabtu tanggal 5 bulan januari tahun 1991,

Sabtu, 05 September 2009

Penelusuran Gua

Penelusuran Gua

Pendahuluan

Speleologi berasal dari kata Yunani, Spalion (gua) dan Logos (ilmu).Sehingga dapat diartikan speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua beserta ilmu dan lingkungannya. Menurut IUS (Interna-tional Union Of Speleology), yang berkedudukan di Wina Austria : " Gua adalah setiap ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki orang"

Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara di dalamnya, yaitu sangat stabilnya suhu udara yang ada. Menurut catatan yang ada, penelusuran gua dimulai oleh John Beaumont, ahli bedah dari Somerset, England (1674). Ia adalah seorang ahli tambang dan geologi amatir. Orang yang paling berjasa mendeskripsikan gua adalah Baron Johan Valsavor dari Slovenia. Ia mengunjungi 70 gua, membuat peta, sketsa dan melahirkan empat buku setebal 2800 halaman.

Untuk wisata gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika Kaisar Habsbrug Prancis I dari Austria meninjau gua Adelsberg (sekarang bernama gua Postojna) terletak di Yugoslavia . Sedangkan di Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua-gua. baik sebagai tempat pemujaan, sesaji maupun bertapa. Bahkan sering dianggap sebagai tempat tinggal makhluk !!

Dalam penelusuran gua sangat ditekankan suatu etika yang harus dipegang teguh oleh para penelusur dan hal ini sudah menjadi motto NSS (National Speleological Society). Etika tersebut yaitu Take Nothing But Picture (Tidak mengambil sesuatu kecuali foto) Leave Nothing But Footprints (Tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki) Kill Nothing But Time (Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu)

Ilmu yang Berkaitan dengan Speologi

1. Geomorfologi

Adalah keadaan permukaan daerah kawasan gua merupakan suatu bentang alam yang khas. Khususnya di daerah karst, adanya bukit karst yang berbentuk cone karst, tower karst maupun bentuk morfologi lain seperti dolina, ovala, cockpit, sungai, maupun bentuk -bentuk lain yang merupakan ciri kawasan karst yang mengalami proses pelarutan.

2. Klimatologi

Keadaan iklim suatu daerah mempunyai pengaruh terhadap lingkungan gua, baik itu flora dan fauna, maupun bentuk fisik gua. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan suhu, tekanan, curah hujan yang ada di daerah tersebut.

3. Hidrologi

Merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan mempelajari proses terbentuknya lorong gua yang disebabkan oleh aliran air baik secara fisik maupun kimiawi. Selain itu, proses terbentuknya ornamen gua seperti stalaktit, stalakmit, canopy, gourdam, dll, endapan dalam gua,sungai bawah tanah, yang kesemuanya itu merupakan bagian dari proses terbentuknya gua.

4. Geologi

Bagi ahli geologi, gua sangat menarik. Mempelajari bagaimana terbentuknya batuan karbonat atau gamping, batuan vulkanik, dan metamorfosa. Juga mempelajari tentang Tektonik, seperti pelipatan, pengangkatan dan pergeseran.

5. Biologi

Ekosistem yang berada di dalam sebuah gua sangatlah unik. Keunikan ini terjadi karena tidak pernahnya cahaya yang masuk ke gua, perubahan suhu yang sangat kecil, dan masih banyak faktor yang lain. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi di permukaan yang boleh dibilang selalu mendapat cahaya.

6. Arkeologi dan Paleomologi

Nilai arkeologi dari suatu gua bisa terlihat karena adanya suatu peninggalan jaman purba yang masih bisa kita saksikan di dalam gua tersebut seperti lukisan di dinding dan peninggalan lainnya seperti kapak batu, patung, dan barang pecah belah. Gua yang memiliki nilai arkeologi contohnya ada di :

- Maros, Leang-leang, Sumpang Bita, di Sulawesi Selatan

- Fak-fak Irian Jaya

- Kalimantan Tengah, dan

- Flores

Selain ke-6 ilmu id atas, masih banyak cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penelusuran gua seperti antropologi,

Peralatan

Peralatan Pribadi

1. Helm

Helm untuk kegiatan caving berbeda dengan helm untuk rafting, climbing, atau olah raga lainnya. Tapi prinsipnya sama yaitu untuk melindungi kepala dari benturan benda keras. Untuk caving, helm ini pada bagian depannya dilengkapi dengan lampu penerangan.

2. Alat penerangan

Alat ini sangat vital untuk digunakan mengingat kondisi di dalam gua selalu gelap.Dianjurkan untuk membawa minimal tiga buah alat penerangan yang berbeda cara penggunaanya. Contoh alat penerangan yang biasa dipakai : Boom, senter, dan lilin.

3. Pakaian

Untuk pakaian, sangat dianjurkan memakai pakaian yang menutup seluruh badan dari kaki sampai leher, dan terbuat dari bahan yang cepat kering jika basah. Hal ini mengingat kebanyakan kondisi gua yang selalu dalam keadaan basah.

4. Sepatu

Sepatu sangat dianjurkan dipakai dalam caving. Diutamakan yang tidak menyerap air (sepatu dari bahan karet), dan memiliki sol yang kuat. Sepatu sangat penting mengingat kondisi dasar gua yang kebanyakan berupa batuan yang runcing dan tajam

5. Pelampung

Banyak digunakan pada penelusuran gua yang berupa sungai bawah tanah.

6. Sarung Tangan

Digunakan untuk melindungi tangan dari gesekan dengan tali dan dinding gua /batu yang tajam dan kasar.

7. SRT (Single Rope Technic)

Terdiri dari :

a. Seat harness

b. Ascender

c. Descender

d. Millon Rapide

e. Chest harness

f. Cowstail

g. Foot lopp

Peralatan Kelompok

1. Tali

Tali yang digunakan sama dengan yang digunakan pada tebing, tapi lebih baik menggunakan jenis static rope.

2. Ladders

Ladder atau tangga tali, biasanya terbuat dari kawat baja, atau dari tali. Digunakan pada pitch pendek dengan bentuk lintasan overhang.

3. Padding

Digunakan untuk melindungi tali dari gesekan. Terbuat dari bahan terpal yang kuat terhadap gesekan.

4. Peralatan lain

a. Webbing

b. Carabiner

c. Pengaman untuk tambatan

d. Hammer

e. Pulley

Pemetaan

Pemetaan gua sangat penting untuk dilaksanakan. Gua yang sudah terpetakan akan memudahkan para penelusur selanjutnya untuk menyusuri gua tersebut. Misal untuk peenlitian, SAR, maupun untuk sekedar penyusuran biasa.

Peralatan

1. Pita ukur / meteran

Gunakan meteran yang terbuat dari karet/plastik, ketelitian sampai centimeter, dan panjang sejauh mungkin ( ??30 m).

2. Kompas

Gunakan kompas yang simpel seperti kompas orienteering. Kalau mau lebih teliti gunakan kompas bidik.

3. Clinometer

Digunakan untuk mengukur sudut kemiringan terhadap bidang datar

4. Lembar catatan / Buku

Digunakan untuk mencatat data yang diambil selama pemetaan. Gunakan kertas yang tahan air, seperti kertas minyak.

5. Pensil

6. Penghapus

Kelengkapan Peta

Hal – hal yang harus diperhatikan dan dicatat selama pemetaan diantaranya :

1. Nama gua. Usahakan sesuai dengan nama yang diberikan oleh penduduk setempat.

2. Grade peta. Digunakan untuk menunjukkan ketelitian daripada pemetaan.

3. Lokasi Gua.

4. Arah utara peta.

5. Skala peta

6. Cross section. Menggambarkan penampang melintang lorong gua sesuai skala.

7. Simbol –simbol. Digunakan untuk menggambarkan keadaan / bentukan dari gua yang spesifik seperti runtuhan, sungai, dan danau.

Bahaya

Bahaya yang kemungkinan datang di dalam gua sangat banyak. Sebagian besar merupakan faktor dari alam. Diantaranya :

1. terpeleset atau jatuh

2. tenggelam

3. tersesat

4. kedinginan

5. runtuhan atap atau dinding gua

6. hewan buas seperti hariamau, ular, kalajengking

7. keracunan gas seperti CO2

8. bahaya teknis yang disebabkan human error seperti kemampuan personil yang kurang, peralatan tidak bekerja baik ataupun rusak.

Lingkungan Gua

Keadaan yang gelap tanpa cahaya, suhu dan kelembaban yang tinggi merupakan ciri khas lingkungan gua. Secara garis besar, lingkungan gua mempunyai tiga bagian utama, yaitu : Twilight Zone, suatu daerah di sekitar pintu masuk gua, dimana sinar matahari masih dapat masuk kedalamnya, suhu pada daerah ini berfluktuasi cukup tinggi. Middle Zone, suatu lingkungan gua yang gelap total, tetapi fluktuasi suhunya relatif kecil, tidak terlalu besar. Completely Dark Zone, Suatu lingkungan gua yang secara total suhu dan kelembapannya relatif konstan.

Jenis-jenis Gua

Gua terdiri dari dua jenis, yaitu gua vertikal dan horizontal. Gua vertikal adalah gua yang biasa disebut gua tegak lurus, bentuknya seperti cerobong asap dan untuk sampai ke base/dasarnya harus dituruni dengan bantuan tali. Terkadang ada variasi antara gua vertikal dengan gua horizontal, sehingga sebelum menelusuri gua horizontal kita harus turun terlebih dahulu menggunakan tali. Teknik yang biasa dilakukan adalah descending, yaitu turun menggunakan tali dengan bantuan alat descender. Figure eight tidak boleh digunakan dalam vertical caving, karena beberapa kali terjadi kecelakaan fatal di Eropa akibat menggunakan alat ini. Tali ketika masih kendor dalam Figure Eight, yaitu sebelum penelusur meluncur ke bawah, bisa membalik dan mengunci tanpa dapat dilepaskan dari alat tersebut saat mulai turun.

Penelusuran gua horizontal bisa langsung dilakukan tanpa bantuan tali, kecuali memang sangat diperlukan karena adanya faktor resiko yang tinggi dan digunakan sebagai tali pengaman.

Berdasarkan letak dan batuan pembentuknya, jenis gua terbagi menjadi beberapa jenis seperti :

1. Gua Lava

Yaitu sebuah gua yang terbentuk di bagian dalam lelehan lava basalt jenis pahoehoe yang konsistensinya mirip aspal panas dan kental. Lubang masuk ke dalam gua lava biasanya adalah bagian atap lorong yang runtuh. Dinding semua lorong gua lava berwarna gelap, dan terlihat ornamen khas seperti stalactite dan stalagmite yg berkelok-kelok, sering berwarna dan dinamakan lava cycles. Ilmu yang mendalami gua-gua lava dinamakan vulkanospeleologi.

2. Gua Batu Gamping (Karst)

Bentuk akibat terjadinya peristiwa pelarutan beberapa jenis batuan akibat aktifitas air hujan dan air tanah, sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukanbatuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan batuan tersebut. Gua karst yang terjadi dalam kawasan batu gamping adalah yang paling sering ditemukan (70 % dari seluruh gua di dunia). Diperkirakan wilayah sebaran karst batu gamping RRC adalah yang terluas di dunia. Gua karst lainnya terdiri dari gypsum (banyak di AS), halite / garam NaCl dan KCl (banyak di Rusia, Rumania, Hongaria) dan dolomite (banyak di Eropa Barat)

Al - Kahfi - dari berbagai sumber

Kamis, 03 September 2009

Dasar Navigasi 3

Dasar Navigasi Darat 3

Bedu, Cicinurus regius

"The world is a book,
and those people who do not travel,
only read a page"

8. Orientasi Peta
Adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya atau menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya. Sebelum Memulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda- tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta dengan pencocokan bentuk puncakan, sungai, desa dll. Jadi minimal diketahui secara kasar posisi. Orientasi peta ini berfungsi untuk meyakinkan perkiraan posisi anda adalah benar.

Langkah-langkah orientasi peta:
1) Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda- tanda medan yang menyolok.
2) Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
3) Cari tanda- tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda- tanda medan tersebut di peta.
4) Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
5) Ingat tanda- tanda tersebut, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.

9. Cross Bearing Technic :
a. Resection
Yaitu menentukan posisi dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Langkah-langkah melakukan resection:
1) Lakukan orientasi medan
2) Cari objek / titik yang mudah dikenali pada medan sebenarnya dan pada peta, minimal 2 buah
3) Bidik tanda- tanda medan tersebut dari posisi saat ini (azimuth)
4) Hitung hasil backazimuth, tarik garis lurus dari titik acuan tersebut
5) Lakukan langkah 2 – 4 pada titik acuan lain
6) Perpotongan garis yang ditarik dari back azimuth titik acuan tersebut adalah posisi kita dipeta.


b. Intersection
Yaitu menentukan posisi suatu titik (benda) pada peta dengan menggunakan 2 atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan dan dipeta.

Langkah- langkah melakukan intersection adalah:
1) Lakukan orientasi medan dan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
2) Bidik obyek yang kita amati
3) Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
4) Bergerak ke posisi lain dan lakukan langkah 1-3
5) Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud. Semakin banyak titik bidik untuk menarik garis perpotongan, semakin akurat hasil yang didapatkan. Sudut terbaik antara titik bidik untuk melakukan intersection adalah 90 derajat


10. Metode Pergerakan Sudut Kompas ( Passing Compass / Man to Man)
Yaitu membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Tentukan titik awal dan titik akhir perjalanan dan plot pada peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan / azimuth dan back azimuth nya.
2) Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
3) Bidikkan kompas seusai dengan azimuth, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan / titik bidik sebagai penunjuk.
4) Pergi ke tanda medan di tersebut, dan bidik kembali ke titik awal tadi. Jika arah perjalanan benar maka sudut ini akan sama dengan back azimuth.
5) Sering terjadi tidak ada benda / tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda (Man to Man) .

11. Interpretasi dan Analisa Peta Topografi
Sebelum melakukan perjalanan untuk memahami kondisi medan sebenarnya berdasarkan informasi pada peta sehingga dapat digunakan sebagai asumsi awal dalam penyusunan rencana perjalanan.

Interpretasi dan analisa peta ini dapat dilakukan dari :
a. Informasi dasar peta
seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta, lokasi daerah dan titik ekstrim seperti perkampungan (nama daerah, nama jalan, nama sungai, nama gunung dan bentukan alam lain), perpotongan sungai, jalan, ketinggian suatu titik, kerapatan kontur berdasarkan pemahaman tentang sifat kontur yang dapat digunakan untuk memperkirakan jarak dan waktu tempuh, karakter medan / kemiringan (terjal / landai), vegetasi, dll.

b. Tanda Medan
Melakukan analisa bentuk kontur yang tergambar pada peta untuk mendapatkan gambaran medan sebenarnya.

Mengenali tanda medan ini dapat dilakukan berdasarkan sifat garis kontur yaitu :
1) Perbedaan tinggi antara 2 kontur adalah setengah dari angka ribuan pada skala yang dinyatakan dalam satuan meter (biasanya tertera pada setiap peta topografi)
2) kontur yang rendah selalu mengelilingi kontur yang lebih tinggi, kecuali untuk kawah
3) antar kontur tidak akan saling berpotongan, kecuali berhimpit pada lembah yang sangat curam dimana terdapat air terjun
4) kontur yang bebentuk seperti huruf V dari pusat kontur merupakan punggungan dan yang berbentuk seperti huruf V terbalik dari pusat kontur adalah lembahan.
5) Kontur terputus-putus menyatakan ketinggian setengah atau lebih dari perbedaan tinggi antara 2 buah kontur berurut.
6) Makin rapat kontur, menunjukkan daerah yang makin terjal/curam.
7) Saddle adalah daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
8) Pass adalah celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
9) Bentukan sungai dapat terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian tingkat kontur, biasanya terdapat pada lembahan dan namanya tertera mengikuti alur sungai.


Dalam kondisi sebenarnya, sering kali teknik cross bearing tidak selalu dapat dilakukan seperti karena faktor cuaca atau tidak terlihatnya titik ekstrim yang dapat dijadikan acuan. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam kondisi seperti ini adalah dengan melakukan analisa dan interpretasi peta untuk kemudian dapat dibandingkan hasilnya dengan medan sekitar, serta merunutnya dari titik awal perjalanan.

Oleh karena itu, biasakan untuk mempelajari, menandai dan melakukan sebanyak mungkin analisa medan selama perjalanan serta melakukan cross check perkiraan awal tadi dengan fakta yang didapatkan dilapangan. Semakin banyak kita mengetahui tanda – tanda medan yang dilalui, semakin memahami pula kita tentang sifat dan tingkat kesulitan medan tersebut yang akan sangat berguna selama melakukan perjalanan dan dalam situasi darurat.

Namun, Navigasi darat adalah ilmu praktis, yang hanya dapat terasah jika dipraktekkan langsung pada kondisi sebenarnya. Pemahaman mengenai teori dan konsep hanyalah membantu untuk memahami ilmu navigasi, bukan menjamin kemampuan navigasi darat seseorang.

Daftar Pustaka
-Amri, Yul Ir. 1997. ”Diktat Pendidikan Gunung Hutan Mahasiswa Se-Indonesia 1997, Sistem Penetuan Posisi Global” . Padang : MAPALA UNAND (Tidak Diterbitkan).
-ASTACALA. 2002. ”Diktat Pendidikan Dasar Astacala”. Bandung : Badan Pendidikan dan Latihan ASTACALA (Tidak Diterbitkan) .
-Azha, Aksan. 2006. ”Dasar Navigasi Darat”. http://www.daksina.org.
-GEGAMA. 2004. ”Mater i Dasar Kepecintaalaman”. Yogyakarta : mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Geografi ( Tidak diterbitkan)
-WANADRI . 1996. ”Diktat Pendidikan Dasar Wanadri” . Bandung: Badan Pendidikan dan Latihan Wanadri (Tidak Diterbitkan).
-_________. 2004. ”Panduan Membaca Peta Rupa Bumi Indonesia”. Bogor : BAKOSURTANAL (Tidak Diterbitkan).
-___________. - . ”Diktat Kursus Navigasi Darat ’”. Bandung : Yayasan Kapinis Indonesia (Tidak Diterbitkan).
-_________. 1992. ”Naskah Departemen untuk Navigasi Darat”. Bandung : Pusat Kesenjataan Infanteri TNI AD Pusat Pendidikan (Tidak Diterbitkan).
-_________.” Tutorial Navigasi 1”. http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_1.htm
-_________.” Tutorial Navigasi 2”. http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_2.htm
-_________.”Pengetahuan dasar Navigasi Darat ”. http://www.gappala.or.id
-_________.”Dasar - dasar navigasi ”. http://www.highcamp.web.id
-_________.” Lamber t Conformal Conic” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Lat itude / Longitude Project ion” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Projections Tutorial” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Transverse Mercator” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Universal Transverse Mercator (UTM) ” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t

*anggota ISPERTALA, Ikatan Siswa Pertanian Pecinta Alam

Di ambil dari blog : http://astacala.org

Dasar Navigasi 2

Dasar Navigasi Darat 2

Bedu, Cicinurus regius

"The world is a book,
and those people who do not travel,
only read a page"

6. Istilah Dasar
6.1. Sudut

Adalah besaran selisih derajat yang dibentuk oleh 2 buah garis, dimana yung satu menuju ke utara magnetis dan yang lain menuju ke sasaran.
1) Sudut Azimuth
Sudut mendatar yang besarnya dihitung sesuai dengan arah jarum jam dari arah utara. Azimuth ditujukkan untuk menentukan arah di medan atau di peta, melakukan pengecekkan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tsb adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan kita.

2) Sudut Back Azimuth
Sudut arah dari suatu garis dilihat menurut arah kebalikkan. Cara menghitung nya : Jika azimuth lebih dari 180º, maka back azimuth sama dengan azimuth dikurangi 180º. Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya sama dengan 180º ditambah azimuth.

6.2. Skala Peta,
jarak antara titik di peta dengan jarak mendatar pada medan sebenarnya.
1) Skala Numerik, dinyatakan dengan angka
Contoh :
1:50.000 berarti 1 cm = 50.000 cm atau 1 cm = 500 m atau 2 cm = 1 km
2) Skala Grafis, dinyatakan dengan unit batang disertai nilai, berguna ketika terjadi perubahan ukuran peta pada saat penggandaan /info skala numerik tidak tercantum


6.3. Sistem Koordinat
Adalah titik yang terbentuk berdasarkan sistem sumbu yaitu dari perpotongan garis koordinat horizontal / absis dan vertikal / ordinat yang terdapat dipeta. Koordinat peta berguna untuk menunjukan suatu posisi pada permukaan bumi di peta. Pada penyebutan, garis mendatar diinformasikan terlebih dahulu lalu garis tegak. Garis Koordinat ini membagi peta dalam kotak – kotak (karvak).

Sistem Koordinat yang lazim digunakan yaitu :
1) Geografi / gratikul (Geographical Coordinat)
Menyatakan posisi suatu titik dalam satuan derajat , menit , dan detik dari garis lintang (Utara dan Selatan) dan bujur (Barat dan Timur)
2) Grid / UTM (Grid Coordinat)
Menyatakan posisi suatu titik dalam ukuran jarak (meter) dari perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinalt(y) pada koordinat grid sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan. Penyebutan dengan koordinat grid dapat dilakukan dengan 4 Angka, 6 Angka, atau 8 Angka.

6.4. Arah Utara

* Utara Sebenarnya / Utara Geografi (Truth North / Geographical North, US / TN) diberi simbol * , arah utara yang ditunjukan garis bujur (meridian) dan menuju ke kutub utara bumi atau titik pertemuan garis bujur bumi.
* Utara peta / Utara Grid (Grid North, UP / GN) diberi simbol GN, arah utara yang ditunjukan garis koordinat tegak peta ke arah atas
* Utara magnetik (Magnetic North, UM) diberi simbol T (anak panah separuh) , arah utara yang ditunjukan jarum kompas menuju kutub utara magnetik bumi

6.5. Iktilaf

* Iktilaf Peta / Konvergensi Meredian, merupakan sudut yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara peta
* Iktilaf Magnetik / Deklinasi, merupakan sudut yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara magnetic
* Iktilaf Utra Peta – Utara Magnetik / Deviasi, merupakan sudut yang dibentuk utara peta dengan utara magnetis

6.6. Variasi Magnetik
yaitu perbedaan besarikhtilaf magnetik pada waktu yang berlainan. Jika variasi magnetis ini bertambah maka disebuti Increase dan jika berkurang maka disebut Decrease.

6.7. Kontur

garis khayal diatas permukaan bumi yang menghubungkan titik- titik yang tingginya sama sehingga dapat mengetahui bentuk medan yang sebenarnya (menunjukan ketinggian, perbedaan ketinggian, kemiringan, proyeksi 3D). Terdapat istilah penting :
* Interval Kontur, jarak tegak 2 garis kontur yang berdekatan / jaran bidang datar yang berdekatan.
Rumus : Interval kontur atau Ci = 1/2000 x skala peta
Namun rumus ini tidak selamanya dapat digunakan karena garis kontur pada daerah terjal berbeda dengan daerah
landai
* Indeks Kontur, garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiapinterval kontur tertentu untuk memudahkan pembacaan medan.
Rumus : i = 25 / jumlah cm dalam 1 km
i = n log tan a, dengan n (0.01 S + 1)1/2 m


6.8. Titik Ketinggian
* Tinggi Mutlak adalah tinggi yang diukur dari pemukaan laut, merupakan standarisasi pengukuran. Tinggi mutlak digunakan untuk menentukan tinggi sebenarnya dari permukaan laut.
* Tinggi Nisbi adalah tinggi yang diukur dari tempat dimana bendaitu berada, biasanya diukur dari permukaan tanah.
* Titik Triangulasi adalah titik atau tanda yang merupakan pilar / tonggak yang menyatakan tinggi mut lak suatu
empat dari permukaan laut . Titik ini digunakan oleh jawatan topografi untuk menentukan tinggi suatu tempat atau letak suatu tempat dalam pengukuran secara ilmu pasti pada waktu pembuatan peta.

7. Pengetahuan Peta
7.1. Bagian – Bagian Peta

*Judul Peta, bagian yang menyatakan identitas peta. Pada peta BAKOSURTANAL meliputi Judul Peta (biasanya merupakan nama daerah adminsist ratif, tempat terkenal dll) , Skala, Nomor Lembar Peta, Nama Lembar dan Edisi / terbitan. Sistem Penomoran Peta perlu diketahui untuk membantu dalam mencari peta tertentu.

* Letak Peta dan Diagram Lokasi Petunjuk Letak Peta, menunjukan nomor dan nama lembar peta terhadap peta sekelilingnya. Biasanya dalam bentuk matrikini berukuran 3 x 3.

* Lokasi, menunjukan letak peta pada ara yang lebih luas

* Sistem Referensi, terdiri dari sistem proyeksi, sistem grid, datum horizontal, datum vertikal, satuan tinggi dan selang kontur

* Pembuat dan Penerbit Peta

* informasi Nama dan Nomor Lembar Peta

*Legenda, merupakan petunjuk tanda atau simbol konvensional yang digunakan pada peta disertai warna dan deskribsi

*Keterangan Riwayat Peta

*Petunjuk Pembacaan Koordinat

*Pembagian Daerah Administrasi

*Skala

* Singkatan / Kesamaan Arti

* Utara Sebenarnya, Utara Grid, Utara Magnetik

7.2. Sistem Penomoran Peta
* Penomoran Peta
Topografi Jawatan Geologi Nasional
Peta Topografi ini menggunakan sistem proyeksi LCO dan sistem koordinat geografis. Batas peta wilayah indonesia yaitu : Barat : 94
° 40, Timur : 141° BT, Utara : 6° LU, Selatan : 11° LS. Penomoran dimulai dari meridian 0 di jakarta yaitu 106° 48’ 27,29 ” BT (12° barat bujur 106° 40’ 27,29 timur green wich)
1) Lembar Peta skala 1 : 100.000 (Peta induk)
- Ukuran 1 lembar peta adalah 20’ bujur x 20’ lintang. Sehingga terdapat 7089 Lembar Petaindonesia skala 1 : 100.000.
-Penomoran tiap 20’ lintang dari 94
° 30' BT - 141° BT dengan angka latin 1-139
-Penomoran tiap 2’ bujur dari 11
° LU - 6° LU dengan huruf latini – LI
Contoh penomoran : 58/XLII berarti lembar ke 58 mendatar dari kiri, lembar ke XLII vertikal dari atas.

2) Lembar Peta skala 1 : 50.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 10’ bujur x 10’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 2 x 2 = 4 lembar peta skala 1 : 50.000
-Penomoran dengan huruf latin A – D mulai pojok kanan bawah berlawanan arah jarum jam.
Contoh penomoran : 58/XLII – B berarti lembar ke 58 mendatar dari kiri, lembar ke XLIi vertikal dari atas peta 1 : 100.000, lembar ke 2 dari pojok kanan bawah berlawanan arah jarum jam.

3) Lembar Peta skala 1 : 25.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 5’ bujur x 5’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 3 x 3 = 9 lembar peta skala 1 : 25.000
-Penomoran dengan huruf latin a – q tanpa huruf i mulai dari pojok kanan atas searah jarum jam.
Contoh penomoran : 58/ XLII f berarti lembar ke 58 mendatar dari kiri, lembar ke XLII vertikal dari atas peta 1 : 100.000, lembar ke 6 dari pojok kanan atas searah jarum jam.

* Sistem Penomoran Peta Topografi UTM/AMS
Peta Topografi ini menggunakan sistem proyeksi UTM dan sistem koordinat Grid / UTM.Batas peta wilayah indonesia yaitu : Barat : 94° 30’ BT, Timur : 141° BT, Utara : 6° LU, Selatan : 12° LS
1) Lembar Peta UTM global skala 1 : 1.000.000
-Penomoran tiap 6
° bujur dari 180° BB – 180° BT dengan angka latin 1 – 60
-Penomoran tiap 8
° lintang dari 84° LU - 80° LS dengan huruf latin dari huruf C - X tanpa huruf I dan O. (80 x 60 atau 885 km x 665 km, dengan pusat koordinat pada garis lintang dan garis bujur tengah yang disebut paralel tengah)
-
Dengan penomoran seperti ini (885 km x 665 km) maka indonesia berada pada zona 46 dengan bujur sentral 93° BT hingga zona 54 dengan bujur sentral 1410° BT serta arah lintang L,M,N,P mulai 15° LS – 10° LU

2) Lembar Peta skala 1 : 250.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 1
° 30’ bujur x 1° 30’ lintang. Sehingga terdapat 4 x 8 = 32 lembar peta wilayah indonesia skala 1 : 250.00
-Penomoran tiap 1.5
° bujur dari 94° 30' BT - 141° BT dengan angka latin 1-31
-Penomoran tiap 1
° lintang dari 6° LU - 12° LS dengan angka romawii – XVII

3) Lembar Peta skala 1 : 100.000 indonesia ( Peta Induk)

-Ukuran 1 lembar peta adalah 30’ bujur x 30’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 250.000 terdapat 2 x 3 = 6 lembar peta skala 1 : 100.000
-Penomoran tiap 30’ bujur dari 94
° 30' BT - 141° BT dengan angka latin 1-94 Penomoran tiap 30’ lintang dari 6° LU - 11° LS dengan angka latin 1-36
Contoh penomoran : 2145 berarti lembar ke 21 mendatar dari 45 vertikal.

4) Lembar Peta skala 1 : 50.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 15’ bujur x 15’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 50.000
-Penomoran dengan angka romawii –iV mulai dari pokok kanan atas searah jarum jam
Contoh penomoran : 2145-IV berarti lembar 2145, urutan ke 4 dari pojok kanan atas searah jarum jam.

5) Lembar Peta skala 1 : 25.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 7’30” bujur x 7’30” lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 50.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 25.000
-Penomoran dengan huruf latin a – d mulai dari pokok kanan atas searah jarum jam
Contoh penomoran : 2145-IVa berarti lembar 2145, urutan ke 4 dari pojok kanan atas searah jarum jam dan pertama dari pojok kanan atas searah jarum jam.

*Sistem Penomoran Peta Topografi BAKOSURTANAL
Peta Topografi ini menggunakan sistem proyeksi UTM dan sistem koordinat geografis dan grid / UTM. Batas peta wilayah Indonesia yaitu : Barat : 94° 30' BT, Timur : 141° BT, Utara : 6° LU, Selatan : 15° LS

1) Lembar Peta skala 1 : 1.000.000
Ukuran 1 lembar peta adalah 4
° bujur x 6° lintang. Karena peta BAKOSURTANAL mengikuti proyeksi UTM, maka maka tiap 4° bujur dibagi menjadi 2 penomoran lagi : A dan B. Untuk arah lintang Selatan makin besar ke bawah (A, B) , utk lintang Utara makin kecil ke bawah (B, A).

2) Lembar Peta skala 1 : 500.000 indonesia
Ukuran 1 lembar peta adalah 2
° bujur x 3° lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 1.000.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 500.000

3) Lembar Peta skala 1 : 250.000 indonesia ( Peta Induk)
-Ukuran 1 lembar peta adalah 1
° bujur x 1° 30’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 500.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 250.000
-Penomoran tiap 1.5
° lintang dari 94° 30' BT - 141° BT dengan angka latin 1-31
-Penomoran tiap 1
° bujur dari 6° LU - 11° LS dengan angka latin 1 – 17

4) Lembar Peta skala 1 : 100.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 30’ bujur x 30’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 250.000 terdapat 3 x 2 = 6 lembar peta skala 1: 100.000
-Penomoran dengan angka latin 1 – 6 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam
Contoh penomoran : 2145-1 berarti lembar ke 21 mendatar dari 45 vertikal, urutan ke 1 dari pojok kiri bawah ber lawanan arah jarum jam.

5) Lembar Peta skala 1 : 50.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 15’ bujur x 15’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 2 x 2 = 4 lembar peta skala 1 : 50.000
-Penomoran dengan angka latin 1 – 4 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam

6) Lembar Peta skala 1 : 25.000

-Ukuran 1 lembar peta adalah 7’30” bujur x 7’30” lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 50.000 terdapat 2 x 2 = 4 lembar peta skala 1 : 25.000
-Penomoran dengan angka latin 1 – 4 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam

7) Lembar Peta skala 1 : 10.000

-Ukuran 1 lembar peta adalah 2’30” bujur x 2’30” lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 50.000 terdapat 3 x 3 = 9 lembar peta skala 1 : 10.000
-Penomoran dengan angka latin 1 – 9 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam

Contoh penomoran : 1209 hingga 1209-6229




To be continued..

Daftar Pustaka

-Amri, Yul Ir. 1997. ”Diktat Pendidikan Gunung Hutan Mahasiswa Se-Indonesia 1997, Sistem Penetuan Posisi Global” . Padang : MAPALA UNAND (Tidak Diterbitkan).
-ASTACALA. 2002. ”Diktat Pendidikan Dasar Astacala”. Bandung : Badan Pendidikan dan Latihan ASTACALA (Tidak Diterbitkan) .
-Azha, Aksan. 2006. ”Dasar Navigasi Darat”. http://www.daksina.org.
-GEGAMA. 2004. ”Mater i Dasar Kepecintaalaman”. Yogyakarta : mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Geografi ( Tidak diterbitkan)
-WANADRI . 1996. ”Diktat Pendidikan Dasar Wanadri” . Bandung: Badan Pendidikan dan Latihan Wanadri (Tidak Diterbitkan).
-_________. 2004. ”Panduan Membaca Peta Rupa Bumi Indonesia”. Bogor : BAKOSURTANAL (Tidak Diterbitkan).
-___________. - . ”Diktat Kursus Navigasi Darat ’”. Bandung : Yayasan Kapinis Indonesia (Tidak Diterbitkan).
-_________. 1992. ”Naskah Departemen untuk Navigasi Darat”. Bandung : Pusat Kesenjataan Infanteri TNI AD Pusat Pendidikan (Tidak Diterbitkan).
-_________.” Tutorial Navigasi 1”. http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_1.htm
-_________.” Tutorial Navigasi 2”. http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_2.htm
-_________.”Pengetahuan dasar Navigasi Darat ”. http://www.gappala.or.id
-_________.”Dasar - dasar navigasi ”. http://www.highcamp.web.id
-_________.” Lamber t Conformal Conic” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Lat itude / Longitude Project ion” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Projections Tutorial” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Transverse Mercator” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Universal Transverse Mercator (UTM) ” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t

*Anggota ISPERTALA, Ikatan Siswa Pertanian Pecinta Alam
di ambil dari :http://alasca.org

Dasar Navigasi 1

Dasar Navigasi Darat 1

KIKI MUSLIHIN, - Cicinurus regius*

"The world is a book,
and those people who do not travel,
only read a page"

Navigasi darat, adalah bagian dari ilmu untuk menentukan posisi suatu objek dan arah perjalanan baik pada medan sebenarnya maupun pada peta. Kemampuan membaca dan memahami peta, menggunakan alat navigasi untuk menentukan posisi serta menganalisa dan memberikan asumsi awal terhadap medan yang dilalui merupakan salah satu dari keahlian dasar yang perlu dimiliki oleh setiap penggiat alam bebas.

Hal tersebut merupakan bekal awal dalam merencanakan dan melakukan kegiatan di alam terbuka maupun dalam usaha pencarian atau penyelamatan korban kecelakaan / tersesat. Berikut beberapa pemahaman dasar yang dapat digunakan untuk mempelajari dan berlatih lebih lanjut mengenai ilmu medan, peta dan kompas (IMPK) :
1. Peta
adalah gambaran unsur – unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas atau bawah permukaan bumi dan digambarkan pada bidang datar dengan proyeksi tertentu dalam ukuran yang diperkecil yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara visual maupun matematis.

* Jenis Peta berdasarkan penggunaan
1) Peta Dasar : Dibuat untuk membuat peta turunan, perencanaan maupun pengembangan wilayah. Umumnya menggunakan peta topografi
2) Peta Tematik : Menyajikan isi dan untuk kepentingan tertentu dengan menggunakan peta dasar untuk meletakan info tematiknya

* Jenis Peta Berdasarkan Isi, seperti :
1) Peta Topografi (Topographic Map), menampilkan Menampilkan sebagian unsur buatan manusia dan unsur alam dengan proyeksi tertentu
2) Peta Hidrografi, menampilkan informasi kedalaman dan keadaan dasar laut serta info lainnya untuk kepentingan pelayaran
3) Peta Geologi, menampilkan informasi keadaan geologis
4) Peta Geografi, Menampilkan informasi ikshtisar peta dengan skala kecil dari 1 : 100.000
5) Peta Kadaster, menampilkan informasi kepemilikan tanah dan batas nya
6) Peta irigasi, menampilkan informasi jaringan irigasi
7) Peta Jalan, menampilkaninformasi jaringan jalan
8) Peta Kota, menampilkan informasi jaringan transportasi, drainase, saran kota, dll
9) Dll

* Jenis Peta Berdasarkan Skala :
1) Peta Skala Besar, dengan skala lebih besar dari 1 : 10.000
2) Peta Skala Sedang, dengan skala kecil dari 1 : 10.000, besar dari 1 : 100.000
3) Peta Skala Kecil, dengan skala kecil dari 1 : 100.000

2. Kompas
Adalah alat penunjuk arah, yaitu arah utara magnetis bumi yang disebabkan oleh sifat kemagnetisannya. Karena sifatini, maka dalam penggunaannya jauhkan kompas dari pengaruh benda-benda yang terbuat dari baja atau besi, karena akan menyebabkan penunjukkan yang salah pada jarumnya.

* Kompas Orienteering

1) Baseplate / Kompas Protactor, ditemukan Kjellstrom bersaudara, terdiri atas rectangular baseplate (panah warna merah sepanjang axis), lingkaran kompas (0, hampir di seluruh dunia untuk lingkaran penuh adalah 360° , tetapi sebagian belahan eropa menggunakan 400°). Tanda dibagian dasar rumah kompas (panah dan garis paralel di dalam panah), lanyard untuk memasang kompas di pinggang, garis skala untuk ukuran jarak peta sepanjang satu atau lebih ujung dari baseplate, cermin untuk membaca peta secara detail, lubang berbentuk lingkaran dan segitiga untuk menandai jalur orienteering diatas peta.

2) Kompas Ibujari. Organisasi orienteering top dari Swedia membuat kompas baru dengan mempertajam baseplate dan membuat lubang untuk memasang kompas tsb di jempol. Kompas ini lalu dipasang di jempol tangan kiri, diletakkan di atas kompas yang juga dipegang dengang tangan kiri pula. Keuntungan dari model ini adalah peta dan kompas selalu di baca dalam satu unit, peta menjadi lebih mudah di baca dan cepat, ditambah satu tangan bebas bergerak. Kekurangan nya adalah sudut yang sangat akurat sesuai dengan sudut kompas sangat sulit diambil.

* Kompas Bidik
1) Kompas Prismatik
2) Kompas Lensa

3. Protactor



4. GPS Receiver
Adalah bagian dari sistem radio navigasi berbasis satelit yang secara terus-menerus mentransmisikan informasi dalam bentuk kode, sehingga memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan lokasi / posisi, ketinggian, kecepatan dan waktu dengan mengukur jarak kita dengan satelit.

Lebih dalam mengenai topik ini dapat dilihat pada tulisan Global Positioning System.

5. Sistem Proyeksi peta

Adalah penggambaran sistematis garis – garis sebagian / seluruh bola bumi di atas permukaan bidang datar dengan menggambarkan garis paralel dari lintang dan garis meridian dari bujur.

Proyeksi dapat dianalogikan dengan terminasi berikut : jika 3 orang yang belum pernah melihat gajah diminta untuk menggambar seekor gajah dari sudut yang berbeda pada selembar kertas (depan, belakang, samping) tentu akan menghasilkan gambar yang berbeda - beda.

Demikian juga dengan peta dan bumi. Interpretasi permukaan bumi yang merupakan objek berbentuk elipsoid (3 dimensi) kedalam peta (2 dimensi) perlu menggunakan teknik tertentu agar gambar yang dihasilkan memiliki distorsi minimum dan mampu memberikan informasi mengenai gambaran kondisi sebenarnya (berdasarkan skala dan perspektif tertentu).

Beberapa paparan dasar mengenai sistem proyeksi peta yang umum digunakan :
* Cilindrical Projection

* Geographical Projection

* Lambert Conformal Conic Projection

* Azimuthal Projection

* Transverse Mercator (TM) (Gauss Conformal / Guass-Krüger / Transverse Cylindrical Orthomorphic), merupakan sistem proyeksi silinder, konform, tangen, traversal. Bidang silinder memotong bola bumi pada 1 garis bujur disebut meridian standar. Pada sistem ini, garis bujur tergambar sedikit melengkung dan garis lintang tegak lurus.

* Universal Transverse Mercator (UTM), merupakan model proyeksi berbasis TM namun secant. Sistem ini mendefenisikan 60 posisi dengan proyeksi silender transverse mercator dan meridian sentral berbeda, masing – masing nya disebut dengan zona. Kelebihan proyeksi ini:
1) Proyeksi simetris untuk setiap zona sebesar 6°
2) Transformasi tiap zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk tiap zona diseluruh dunia.
3) Mereduksi distorsi proyeksi pada area menuju kutub bumi


Pembagian zona pada Proyeksi UTM
Lebar setiap Zona 6° dihitung dari 180
° BB / logitude -180° dengan nomor zona 1 (disebut Start Longitude / SL) hingga 180° BT dengan nomor zona 60 ( disebut Eng Longitude / EL). Masing – masingnya memiliki garis bujur tengah / zone central longitude (ZCL). Jadi setiap zona memiliki Start longitude / SL dan End Longitude (EL) + 6°.

Sehingga dapat disebutkan bahwa 1 zona memiliki batas longitude (Long) -180° hingga -174° (didapatkan dari -180° + 6° = -174°) dengan ZCL -177° (didapatkan dari -180° +6°/2 = -177°).


Lebar satu zone adalah 8° dengan batas parallel atas 84°U dan batas parallel bawah 80°S. Pusat koordinat terletak pada perpotongan garis lintang dan bujur tengah yang disebut paralel tengah. Batas zone berikutnya dihitung dengan cara :
SL zone [X+1] = SL zone [X] + 6°
EL zone [X] = SL zone [X] + 6°
ZCL zone [X+1] = ZCL zone [X] + 6°

Indonesia terbagi dalam 9 zone, dengan panjang tiap zone yang 6° terletak pada meridian 90° BT – 144° BT. Batas garis paralel 10° LU - 15°L S dengan 4 satuan daerah zona L, M, N, dan P. Bidang referensi digunakan spheroid GRS 1967 (Geodetic Reference System)

Lebih dalam mengenai topik ini dapat dilihat pada tulisan Sistem Proyeksi Peta.

Daftar Pustaka
-Amri, Yul Ir. 1997. ”Diktat Pendidikan Gunung Hutan Mahasiswa Se-Indonesia 1997, Sistem Penetuan Posisi Global” . Padang : MAPALA UNAND (Tidak Diterbitkan).
-ASTACALA. 2002. ”Diktat Pendidikan Dasar Astacala”. Bandung : Badan Pendidikan dan Latihan ASTACALA (Tidak Diterbitkan) .
-Azha, Aksan. 2006. ”Dasar Navigasi Darat”. http://www.daksina.org.
-GEGAMA. 2004. ”Mater i Dasar Kepecintaalaman”. Yogyakarta : mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Geografi ( Tidak diterbitkan)
-WANADRI . 1996. ”Diktat Pendidikan Dasar Wanadri” . Bandung: Badan Pendidikan dan Latihan Wanadri (Tidak Diterbitkan).
-_________. 2004. ”Panduan Membaca Peta Rupa Bumi Indonesia”. Bogor : BAKOSURTANAL (Tidak Diterbitkan).
-___________. - . ”Diktat Kursus Navigasi Darat ’”. Bandung : Yayasan Kapinis Indonesia (Tidak Diterbitkan).
-_________. 1992. ”Naskah Departemen untuk Navigasi Darat”. Bandung : Pusat Kesenjataan Infanteri TNI AD Pusat Pendidikan (Tidak Diterbitkan).
-_________.” Tutorial Navigasi 1”. http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_1.htm
-_________.” Tutorial Navigasi 2”. http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_2.htm
-_________.”Pengetahuan dasar Navigasi Darat ”. http://www.gappala.or.id
-_________.”Dasar - dasar navigasi ”. http://www.highcamp.web.id
-_________.” Lamber t Conformal Conic” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Lat itude / Longitude Project ion” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Projections Tutorial” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Transverse Mercator” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t
-_________.” Universal Transverse Mercator (UTM) ” . h t t p : / / w w w . m a n i f o l d . n e t

*Anggota ASTACALA, Perhimpunan Mahasiswa Pencinta Alam ITTelkom

di ambil dari :http://astacala.org

Panjat Tebing Bab 3

BAB 3
ALAT

Some day we climbers may wear special gloves
and shoes enabling us to scale blank walls like spiders.
Should we fall off, like spiders our body harnesses
may instantly attach safety lines to the rock.
Ray Jardine – 19 April, 1998

1. Tali (rope)

Fungsi utamanya sebagai pengaman apabila pemanjat terjatuh. Panjang maksimal sebuah tali untuk memanjat adalah 50 meter, yang memungkinkan seorang leader dan belayer masih dapat saling berkomunikasi. Tali yang digunakan dalam suatu pemanjatan yaitu :
a.Tali Serat Alam
Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.
b.Hawser Laid
Terdiri dari serat-serat sintetis halus yang dipilin menjadi tiga bagian. Kelemahannya adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah (40 %) serta berat.
c.Core dan Sheat Rope (Kermantel Rope)
Terdiri dari dua bagian, inti dan jaket dengan kelenturan mencapai 20 %). Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang umum dipakai bergaris tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk pendakian yang mudah, snow climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9 mm atau 7 mm.

Kekuatan = A2 x 22 kg dan A = diameter tali (mm)

Tali karnmantel memiliki sifat-sifat :
· Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.
· Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
· Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh.

Berdasarkan kelenturannya, Tali Karnmantel terbagi 2 yaitu :
· Static, kelenturan 2-5 % pada berat max yang diberikan, kaku, umumnya berwarna putih atau hijau, dan biasanya digunakan untuk rappelling atau Singel Rope Technic
· Dynamic, kelenturan 5-20% pada berat max yang diberikan, lentur, dan berwarna mencolok.

Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%. Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa cara menggulung tali, antara lain :
· Mountaineers coil
· Skein coil
· Royal robin style


Aturan umum untuk memilih ukuran diameter Tali Karnmantel :
* Top Roping dan serbaguna : Gunakan tali tunggal ukuran diameter 11 mm
* Sport Climbing : Gunakan tali tunggal ukuran diameter 9.1 mm - 10.2 mm

Untuk lebih lengkapnya dalam memilih tali kernmantel juga dapat memperhatikan juga detail tipe tali, yaitu Jumlah dan cara pemakaian tertentu. Ada 3 tipe yang dikenal dan untuk mengetahui tipe tali dapat dilihat pada ujung tali dan akan terdapat simbol seperti dibawah ini :

* SINGLE artinya tunggal yaitu tali yang cukup satu saja untuk digunakan memanjat.
* DOUBLE artinya dobel atau dua tali. Tali dobel ini harus digunakan bersamaan dan masing-masing tali harus di klip ke dalam kuikdraw yang berbeda.
* TWIN artinya kembar, dua tali yang sama persis seperti pada tali dobel hanya saja pada saat mengklip serupa dengan penggunaan pada tali tunggal. kedua tali tsb di klip ke dalam satu kuikdraw/ karabiner saja. Anggap kedua tali kembar itu sebagai tali tunggal saat mengklip

2. Carabiner (snapring, snapling, cincin kait)
Digunakan sebagai pengaman untuk pemanjatan atifisial. Sebaiknya terbuat dari alumunium alloy yang ringan tapi mempunyai kekuatan tinggi.

Berdasarkan model pengamanannya, Carabiner dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Non screw gate Carabiner
Carabiner yang tidak memiliki kunci berulir, biasanya digunakan pada pemanjatan artifisial karena tidak perlu repot-repot mengunci. Berdasarkan sistem lock dibagi menjadi dua jenis yaitu:
* Auto lock Carabiner
* Non Auto lock Carabiner
b. Screw gate Carabiner
Carabiner dengan kunci berulir, biasa digunakan sebagai pengaman utama dalam suatu pemanjatan artifisial.


Berdasarkan bentuknya, Carabiner dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
a. Oval Carabiner: Berbentuk bulat, dalam SRT dapat dipergunakan hamper dalam berbagai kondisi.
b. Delta Carabiner: Berbednetuk huruf D, bermanfaat karena memungkinkan pembagian beban, namun tidak bisauntuk instalasi tertentu.
c. Heart Carabiner: Berbentuk segitiga sama kaki, baik untuk tambatan reacue karena memungkinkan banyak tali ditambatkan
d. A Carabiner: Bentuk, fungsi hampir sama dengan carabiner Heart

3. Sling

Terbuat dari tabular webbing atau dari prusik yang berfungsi sebagai penghubung, pengaman pada ancor, mengurangi gaya gesek dengan memperpanjang point, dan mengurangi gerakan yang akan menambah beban. Dalam penggunaannya slink digabungkan dengan carabiner dengan menggunakan simpul jangkar.

4. Harness
Adalah alat pengaman yang terikat pada pinggang pemanjat. Berfungsi menahan beban tubuh pemanjat ketika terjatuh supaya beban terdistribusi ke tali dan tidak mematahkan pinggang.
3 jenis harness, yaitu : seat harness, chest harness dan full body harness.

5. Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari kemungkinan terluka atau keadaan fatal.

6. Sepatu tebing

Sebagai pengaman kaki saat melakukan pemanjatan. Konstruksi sepatu terdiri dari 2 macam board-lasted dan slip-lasted. Dari segi kecocokan dengan kaki yaitu terstruktur dan tidak terstruktur. Model sepatu juga bermacam – macam, antara lain:
· Lace-up yang menggunakan tali,
· slipper atau slip-on,
· velcro
· zipper yang menggunakan menggunakan ritsleting.

Bagian atas sepatu biasanya terbuat dari kulit tujuannya yaitu untuk kenyamanan setelah sepatu sering dipakai. Bahan lain yang digunakan dan makin populer untuk bagian atas sepatu yaitu kulit palsu atau sintetis yang tidak akan terlalu melar dibandingkan dengan kulit asli.
a. Sepatu yang lentur dan fleksibel dalam hal ini menggunakan sol yang halus
· Setiap pijakan dapat dirasakan oleh pemanjat karena solnya tipis
· Untuk medan kering
· Menguntungkan pada rekahan kecil, permukaan tebing yang miring (overhang), pijakan membulta (slob).
· Ringan
b. Sepatu yang solnya kaku
· Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan tajam.
· Tidak mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri pada pijakan kecil dan tajam.
· Berat
· Untuk medan basah dan kering.

7. Tabular Webbing
Biasanya digunakan untuk membuat slink. Selain itu sering digunakan sebagai pengganti harness.

8. Palu tebing
Pada bagian ekornya berbentuk runcing untuk membersihkan dinding dan mencongkel atau melepaskan piton. Fungsi utama dari palu tebing adalah untuk memasang anchor.

9. Bor dan Driver. Driver yang digunakan dalam rock climbing adalah jenis Rubber Hand. Bor sendiri memiliki 2 bagian peluru dan spit

Berikut cara pemakaian bor :

10. Anchor

Merupakan poin yang dipakai sebagai penahan beban. Berdasarkan Jenisnya terdapat dua macam anchor, yaitu :
a. Natural anchor, dapat berupa pohon besar, tonjolan, lubang-lubang ditebing dan berbagai macam bentukkan-bentukkan di tebing.
b. Artificial anchor, yaitu anchor buatan yang ditempatkan atau dipasang pada tebing seperti :
· Chock

Chock jenis Stoper

Chock jenis heksentrik,

· Piton, ada tiga macam ;
o Horizontal, untuk celah horizontal.
o Vertical, untuk celah vertical.
o Angle, untuk lubang.

Cara memasang piton :
1. Periksa rekahan yang akan dipasang piton.
2. Pilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan hammer.
3. Dalam pemasangannya harus setengah lebih agar lebih safety sebagai anchor.

Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton, adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.

Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat ditarik

· Hanger
Biasanya digunakan untuk tebing yang blank, artinya tebing yang akan dipanjat sedikit memilki natural anchor. Jenis hanger berdasrkan bentukny :
1. Plate,
2. clown,
3. Azymetrique,
4. Twist

· Cam / Friend

Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan sistem friksi yang ditimbulkan ketika dikenai beban. Memilki ukuran yang beragam untuk setiap bentukan tebing, dan gagang nya ada yang lentur ada yang fix.

Berdasarkan posisi dan urutan mendapat beban, anchor dapat dibedakan menjadi:
a. Main anchor, anchor utama yang secara langsung mendapatkan beban.
b. Back up anchor, berfungsi sebagai anchor cadangan apabila main anchor jebol.

11. Descender

Merupakan alat digunakan untuk turun. Jenis Ascender seperti :
a. Figure of Eight
b. Brake bar
c. Capstand : Maximal penggunaan sebaiknya yang kurang dari 50 m karena tegangan tinggi semakin tinggi menyebabkan alat tidak bekerja maksimal. Terbagi :
· Auto Stop,
· Simple Stop

d. Rack : dapat digunakan karena pada lintasan lebih dari 50 m lebih stabil, namun untuk beban terlalu ringan tidak akan bekerja maksimal. Terbagi 2 :
· Closed Rack,
· Open Rack

e. Whaletail

Selain itu juga dapat dilakukan modifikasi terhadap alat sehingga fungsinya dapat menyerupai descender seperti:
a. Modifikasi Carabiner : Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar.
b. Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch

12. Ascender, merupakan alat digunakan untuk naik. Jenis ascender seperti :
a. Hand Ascender seperti :
· Jumar (produk Petzl)
Terbagi 3 macam : Standard jumar, Jumar, Jumar CMI 5000 / ColoradoMountains Industries. Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.
b. Chest Ascender

13. Belay Device
Alat belay dari sudut pandang kepraktisan dalam menghentikan jatuhnya pemanjat terbagi dalam dua jenis yaitu :
a. Manual, yaitu alat belay yang digunakan untuk menghentikan jatuhnya climber dengan menarik dan menekan tali tambang pada posisi tertentu sehingga terjadi friksi atau tekanan jepit yang menahan tali yang terulur. Belay Device tipe ini antara lain :

· Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch
· Belay Plate/ Spring Plate
· Figure Of Eight
· Tubular

b. Otomatis Yaitu alat belay yang akan terkunci dengan sendirinya pada saat climber jatuh atau saat tali tambang terbebani. Fungsi alat ini serupa dengan sabuk pengaman yang biasa kita pakai saat berkendaraan dimana jika terjadi hentakan keras sabuk tersebut akan menahan dan menghentikan hentakan badan seperti Grigri, Trango cinch, dll

Beban maksimal yang ditanggung oleh beberapa belay device ketika mendapatkan sentakan :

14. Pullay
Alat yang digunakan untuk membelokan arah gayapullay terdiri dari Fix cheek Pullay dan Oscillante Cheek Pullay. suatu beban. Secara umum

Bentuk – bentuk dasar pullay antara lain:

* Fixed
* Tandem
* Oscillante
* Ultragere
* Mini Tranxion : perpaduan pullay & descender

15. Sky hook
Merupakan perangkat Rock Climbing yang digunakan untuk istirahat sementara saat melakukan pemanjatan, terutama saat melakukan pengeboran

16. Runner, sling yang pada kedua ujungnya telah diberi carabiner. Teknik pemasangan runner :

17. Stir up / Tangga tebing, terbuat dari bahan yang sama dengan bahan webbing.

18. Sarung tangan, digunakan untuk melindungi telapak tangan saat melakukan pemanjatan.

19. Prusik : Sebagai pengaman yang biasanya dipasang pada lubang tembus.

20. Chalk bag. tempat bubuk magnesium.

21. Bubuk magnesium, digunakan agar saat melakukan pemanjatan tidak licin.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum memakai / membaeli alat antara lain rekomendasi minimum terhadap kekuatan alat yang telah ditetapkan oleh badan sertifikasi internasioanl (UIAA, CE, dll). Beberapa ketentuan batas minimum kekuatas alat yang ditetapkan oleh UIAA untuk alat tertentu :

Setiap alat maupun pengaman memiliki breaking load maupun working load tertentu yang harus diperhatikan oleh setiap climber ketika melakukan pemanjatan.

PENGGUNAAN & PERAWATAN ALAT

Untuk menjaga agar alat yang digunakan tetap dapat bekerja maksimal serta memperpanjang umur alat, maka setiap climber perlu mengetahui prinsip pemilihan alat dan menjaga alat tersebut baik pada saat pemakaian, penyimpanan maupun perawatan. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan :

1. Tali :
* Sebaiknya dalam membeli tali, belilah tali baru dan jangan pernah beli yang bekas,

* Gunakan tali kernmantel jenis dinamik dan bukan statik untuk melakukan pemajatan. Tali panjat memanjat harus dinamik artinya tali tersebut lentur dan meregang (stretch) sehingga dapat menahan impak pada tali dan tubuh saat climber jatuh. Jika digunakan tali statis maka akan mempercepat kerusakan tali (hilang sifat statisnya sehingga akan lebih mudah putus tali) dan menyebabkan resiko cedera yang lebih besar. Tali statik hanya digunakan untuk rapeling atau mengangkut peralatan dan suplai (hauling) pada aid climbing,
· Pastikan ukuran tali kompatibel dengan belay device yang digunakan sehingga alat dapat berfungsi maksimal, dan jangan menggunakan tali yang basah karena Tali yang basah menyebabkan tali tidak enak digunakan baik dipegang maupun dipakai atau dibawa. Elastisitas tali yang basah akan berkurang sehingga mudah terjadi friksi. Penelitian menyatakan bahwa tali tersebut akan berkurang kekuatannya 30% jika basah.
· Jangan menginjak tali dan berilah alas saat tali digunakan, hindari kontak langsung tali dengan benda tajam, tanah atau pasir karena akan membuat partikel kecil dari pasir masuk kedalam inti tali dan mempercepat kerusakannya,

* Berilah perekat permanen pada setiap ujung tali untuk mencegah banyak nya gelembung udara masuk ke dalam tali sehingga menyebabkan inti tali regang dari mantelnya. Selain itu juga beri tanda permanen pada ujung tali (panjang dan diameter tali),

* Segeralah mencuci tali setelah pemanjatan jika dalam keadaan kotor (lumpur atau pasir). Jangan menggosok tali dengan kuas yang kasar karena akan merusak mantelnya, sebaiknya gunakan kuas yang sangat lembut jika tali dalam keadaan sangat kotor, jika tidak maka cukup dengan membilas nya saja. Selain itu juga dihindari merendm tali dengan alat deterjen karena bahan kimianya akan merusak tali, gunakanlah cairan pembersih khusus atau cukup dengan merendam tali dalam air bersih yang sedikit hangat,

* Jangan menjemur tali dalam keadaan basa langsung dibawa terik matahari atau panas yang berlebih,

* Selalu menyimpan tali dalam kondisi normal (tidak terlalu kering atau lembab) dandalam keadaan tidak tersimpul

2. Sepatu
· Pilih sepatu dengan ukuran yang sesuai dengan kaki, seketat mungkin dan bentuk nya mengerucuk di ujung, pilih jenis kelenturan yang cocok (kulit atau sintetis)
· Jangan memakai sepatu ketika tidak memanjat karena sepatu Panjat Tebing dibuat untuk climbing dan bukan untuk belaying, spotting atau hiking.
· Jangan menyimpan sepatu setelah climbing langsung kedalam ransel karena sepatu masih dalam keadaan lembab / basah oleh keringat dan merangsang jamur / bakteri tumbuh yang akan membaut sepatu bau dan benang jahitannya membusuk / rusak. Sebaiknya biarkan sedikit kering dahulu atau cukup gantungkan sepatu dibagian luar ranselmu (bisa pake karabiner) agar sepatu terkena angin dan lebih cepat kering.
· Jagalah sol sepatu tetap bersih. Gunakan sikat untuk keperluan membersiahkan setiap saat dansetelah selesai memanjat.
· Untuk sepatu laces (tali), longgarkan tali pengikat sepatu setelah kamu selesai pemanjatan dan tarik lidah sepatu (bagian sepatu yang menutupi atas kaki) keluar. Untuk sepatu velcro periksa dan bersihkan velcronya, soalnya kalo kotor bakal cepet rusak dan velcronya engak lengket banget yang hasilnya sepatunya enggak akan bisa dipake ngetat dan ngejoss.
· Jangan menjemur sepatu yang agak basah, lembab langsung dibawah sinar matahari. Simpan sepatu ditempat yang terangin-angin, kering namun tidak terlalu panas. Penyimpanan sepatu ditempat panas membuat perekatnya menjadi meleleh dan tempelan antar karet juga kulitnya cepet lepas. Jika sepatu terasa lembab disebabkan keringat, bisa digunakan butiran pengering (silica gel).
· Jika sepatu bau, tuangkan baking soda kedalam sepatumu dan diamkan selama kurang lebih semalam. Penggunaan kaos kaki tipis juga bisa mengurangi bau sepatu yang diakibatkan oleh keringat dan lembabnya udara.
· Jika sepatu dalam keadaan sangat kotor, cuci menggunakan tangan dan jangan menggunakan air panas, pemutih atau deterjen. Penggunaan mesin cuci sangat TIDAK disarankan.
· Saat sol bagian bawah sepatu telah tipis segera di resole / tambal ganti karet baru. jangan menunggu hingga berlubang
· Sepatu yang jarang digunakan akan membuat sol nya menjadi keras untuk itu segera bersihkan dengan kain dan air hangat kemudian gosok dengan sikat lembut hingga keliatan karet yang keliatan lebih hitam dan segar. Penggunaan sikat ini jangan terlalu sering, karena meskipun efektif namun membuat sol cepat tipis atau gunakan kertas ampelas (sand paper) yang biasa dugunakan untuk menghaluskan kayu. Dapat juga digunakan penghapus pulpen, penghapus ini lebih keras dari penghapus pensil. Gosok di bagian depan sol sepatu dan bersihkan sebersih mungkin debu/ kotoran karet yang ada. Namun Cara paling gampang adalah denga saling menggosokan kedua sol sepatu yang kanan dan yang kiri setiap selesai / akan melakukan pemanjatan. Tip yang ini dipraktekan oleh beberapa pemanjat saat emergensi / dadakan dengan menggunakan air ludah.

3. Secara umum perawatan alat yang lain adalah jangan diinjak, dibanting dan segeralah membersihkan alat setelah pemakaian serta simpan ditempat yang memiliki suhu normal.

* Ditulis ulang dari :
Laili Aidi. 2006. "DIKTAT PANJAT TEBING (Rock Climbing)". Bandung : Badan Pendidikan dan Latihan ASTACALA (Tidak Diterbitkan)-


Daftar Pustaka :
ASTACALA. 2002. “Diktat Pendidikan Dasar Astacala”. Bandung : Badan Pendidikan dan Latihan ASTACALA (Tidak Diterbitkan)

GEGAMA. 2004. ”Materi Dasar Kepecintaalaman”. Yogyakarta : mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Geografi (Tidak diterbitkan)

Rizaldi, Ahmad dan Setyo Ramadi. ”Panjat Tebing”. URL http://www.mapalaui.com/.

WANADRI. 1996. “Diktat Pendidikan Dasar Wanadri”. Bandung : Badan Pendidikan dan Latihan WANADRI (Tidak Diterbitkan)

-. “Alat Belay dan Rapel”. URL http://www.tebingcadas.com

-. ”Perawatan Sepatu Panjat Tebing”. URL http://www.tebingcadas.com

-. ”Petzl Catalog 2006”. URL http://www.petzl.com/.

-. “Sepatu Panjat Tebing”. URL http://www.tebingcadas.com

-. “Tali Kernmantel (Kernmantle)”. URL http://www.tebingcadas.com

-. “Yang harus diperhatikan oleh para Pemanjat Tebing “. URL http://www.tebingcadas.com

-. ”The Cam Book”. URL http ://www.wildcountry.com

URL http://www.rockclimbing.com/